1. Menjelajahi Keajaiban Alam di Kawah Ijen, Banyuwangi
Langit masih pekat saat langkah kaki menyusuri jalur mendaki
di kawasan Ijen. Pukul 1 dini hari, udara dingin menusuk tulang. Namun setiap
langkah menuju puncak diiringi semangat: menyaksikan api biru. Saya masih ingat
obrolan dengan Pak Suko, porter lokal yang telah lebih dari 15 tahun menemani
wisatawan. “Bule-bule itu sering nangis lho, Mas. Soalnya api biru ini cuma ada
dua di dunia,” katanya sambil tersenyum. Sesaat kemudian, pancaran api biru
dari dalam kawah memantul di mata kami—ajaib dan mencekam sekaligus.
Kawah Ijen bukan sekadar destinasi, tapi pengalaman spiritual dan budaya yang membekas. Ini adalah salah satu contoh wisata lokal Indonesia yang paling autentik.
![]() |
Wisata Lokal |
2. Desa Wisata Nglanggeran, Yogyakarta
Berada di kaki Gunung Api Purba, Nglanggeran bukan cuma
menawarkan lanskap hijau. Desa ini punya konsep ekowisata berbasis masyarakat.
Kamu bisa ikut belajar membuat cokelat lokal, tinggal di homestay warga, bahkan
menanam pohon. Saya sempat menginap di rumah Bu Lastri—pagi-pagi beliau
menyuguhkan nasi jagung dan teh gula batu sambil bercerita soal sejarah desa.
Satu pengalaman yang membuat saya lebih menghargai nilai keberlanjutan dan
keramahan khas desa.
3. Eksotisme Pantai Ora, Maluku
Jernihnya laut di Pantai Ora sering dibandingkan dengan
Maldives. Bedanya, di sini kamu bisa berinteraksi langsung dengan warga sekitar
yang ramah dan menjaga lautnya. Saya menyewa kapal kecil milik Pak Leo, nelayan
lokal, dan dia membawa saya ke spot snorkeling rahasia. Ikan-ikan warna-warni
seolah menyambut kami di bawah permukaan. “Kalau jaga lautnya, rejeki juga
ngalir terus,” ujarnya. Filosofi sederhana yang melekat dalam kehidupan orang
Maluku.
4. Menyepi di Bukit Pergasingan, Lombok Timur
Bagi pencinta hiking ringan, Bukit Pergasingan adalah surga
tersembunyi. Waktu mendaki hanya sekitar 2 jam, tapi pemandangan sunrise-nya
luar biasa: hamparan sawah Sembalun dalam pola kotak-kotak bak lukisan alami.
Banyak fotografer lokal rutin naik ke sini untuk berburu momen cahaya pagi.
Bahkan, beberapa homestay di kaki bukit kini menyewakan tenda dan menyediakan
paket makan malam khas Sasak. Lengkap dan sangat lokal.
5. Lembah Harau, Sumatera Barat
Tebing-tebing menjulang tinggi berpadu dengan hijaunya persawahan membuat Harau jadi surga tersembunyi di Payakumbuh. Saat bersepeda menyusuri jalan desa, saya disambut anak-anak kecil yang tertawa riang sambil melambaikan tangan. Lembah ini menawarkan ketenangan dan keramahan warga yang luar biasa. Saya sempat berteduh di warung kopi kecil dan ngobrol dengan ibu pemilik warung soal legenda Harimau Campo.
![]() |
Wisata Lokal |
6. Danau Sentani, Papua
Danau ini bukan cuma soal pemandangan. Ia adalah rumah bagi
komunitas adat Sentani yang menggambar kisah hidup di kulit kayu. Saya membeli
satu lukisan asli dari Om Yakob, yang menjelaskan simbol-simbol leluhur dalam
bahasa lokal. “Kalau kau mau paham Papua, pahami dulu danau ini,” katanya.
Danau Sentani menawarkan wisata budaya yang kaya makna, bukan hanya panorama.
7. Kampung Warna-Warni Jodipan, Malang
Dari daerah kumuh menjadi destinasi instagenic, Jodipan
adalah contoh sukses revitalisasi wisata lokal Indonesia. Waktu saya ke
sana, Pak Sutrisno, salah satu warga, bilang: “Dulu orang takut ke sini,
sekarang jadi tempat selfie.” Setiap dinding dipenuhi mural warna-warni, dan di
setiap lorong ada spot foto unik. Tapi lebih dari itu, semangat gotong royong
warga untuk bangkit patut diapresiasi.
8. Pulau Belitung: Surga Batu Granit
Pantai Tanjung Tinggi dengan batu-batu granitnya makin
populer sejak film Laskar Pelangi. Tapi kunjungan saya ke sana justru
diwarnai obrolan hangat dengan Pak Samad, penjaga pantai. Ia menunjukkan spot
terbaik untuk berenang aman dan bercerita soal perjuangan warga menjaga
kebersihan pantai. Belitung menawarkan pesona alam dan cerita lokal yang
berpadu manis.
9. Pantai Wediombo, Gunungkidul
Pantai ini punya keunikan tersendiri: kolam alami di antara
karang yang hanya muncul saat pasang surut. Di sini saya bertemu dua anak muda
setempat yang menjadikan surfing sebagai gaya hidup. “Kalau pagi ombaknya
jinak, cocok buat belajar,” kata Dimas, salah satu dari mereka. Mereka juga
mengajari pengunjung menjaga area sekitar agar tetap bersih. Wediombo menjadi
tempat di mana lokalitas dan hobi bertemu.
10. Kampung Bena, Nusa Tenggara Timur
Desa adat di Bajawa ini membawa kita kembali ke masa lalu.
Rumah-rumah beratap ijuk berjejer rapi, dan batu-batu megalit berdiri tegak
sebagai simbol leluhur. Waktu saya datang, anak-anak kecil menari dengan
pakaian adat di lapangan tengah. Seorang ibu tua kemudian mengajak saya
mencicipi kopi khas Bajawa. Rasanya pahit tapi menyegarkan—seperti atmosfer
desa yang kuat dan tulus.
11. Ranu Kumbolo, Jalur Semeru
Meski lebih dikenal sebagai tempat transit para pendaki, danau Ranu Kumbolo adalah surga pagi yang tak bisa dilupakan. Kabut tipis melayang di atas danau, dengan siluet gunung di kejauhan. Saya dan teman duduk di tepi danau, menyeduh kopi sambil mendengar burung berkicau. “Ini tempat buat merenung,” kata Dwi, seorang pendaki asal Bandung yang sudah empat kali ke sini. Dan memang benar, rasanya hening tapi damai.
![]() |
Wisata Lokal |
12. Taman Nasional Togean, Sulawesi Tengah
Destinasi ini masih tergolong sepi. Tapi justru di situ
keistimewaannya. Saya naik kapal kecil selama 3 jam untuk mencapai Pulau
Kadidiri, dan di sana hanya ada satu homestay sederhana. Tapi di balik
kesederhanaan itu, saya menemukan keindahan bawah laut yang luar biasa. Penyu,
hiu karang, dan terumbu warna-warni mengisi setiap sesi snorkeling saya. “Yang
jaga laut ini orang Bajo, mereka paling paham,” kata Pak Dadi, pemilik
homestay. Di sini, laut dijaga seperti warisan suci.