Sejarah dan Pertumbuhan Pariwisata di Indonesia
Perjalanan pariwisata di Indonesia telah mengalami
transformasi signifikan sejak era 1980-an. Dengan dicanangkannya slogan seperti
Visit Indonesia Year hingga Wonderful Indonesia, promosi wisata
kian intensif. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa sebelum pandemi,
Indonesia menerima lebih dari 16 juta wisatawan mancanegara setiap tahunnya.
Kini, setelah pemulihan pasca pandemi, wisata domestik
menjadi primadona baru. Pemerintah juga gencar mengembangkan destinasi super
prioritas seperti Labuan Bajo, Danau Toba, dan Likupang.
Ragam Jenis Wisata: Dari Religi hingga Ekowisata
Berikut adalah berbagai jenis wisata yang tumbuh
subur di Indonesia:
1. Wisata Budaya
Meliputi kunjungan ke situs sejarah, upacara adat, hingga
kuliner khas. Contohnya: Candi Borobudur, keraton Yogyakarta, dan Tari Kecak di
Bali.
2. Wisata Alam
Dari puncak Rinjani hingga Raja Ampat, Indonesia menawarkan
lanskap alam tak tertandingi. Trekking, diving, dan rafting menjadi aktivitas
favorit.
3. Wisata Religi
Destinasi spiritual seperti Masjid Agung Demak, Vihara
Avalokitesvara di Pematang Siantar, dan pura-pura di Bali menjadi tujuan wisata
religi.
4. Wisata Digital & Kreatif
Kampung tematik, museum interaktif, hingga galeri seni
modern di kota besar makin populer di kalangan Gen Z dan milenial.
5. Ekowisata
Destinasi ramah lingkungan seperti Taman Nasional Komodo dan
Tangkahan di Sumatra Utara memberikan pengalaman berkelanjutan.
![]() |
Pariwisata di Indonesia |
Tantangan Pariwisata Modern: Pseudotourism dan
Overtourism
Seiring berkembangnya pariwisata, muncul pula tantangan
baru:
- Pseudotourism:
Fenomena “wisata palsu” di mana pengalaman wisata tidak mencerminkan
budaya asli (seperti wisata adat yang dibuat-buat untuk turis).
- Overtourism:
Tekanan lingkungan dan sosial akibat kunjungan yang melebihi kapasitas.
Contoh nyata terlihat di Bali dan Bromo.
Solusinya? Pengembangan pariwisata berbasis komunitas dan
ekowisata menjadi semakin penting.
Peran Komunitas dan Inovasi Lokal
Salah satu pendekatan yang terbukti berhasil adalah
memberdayakan masyarakat lokal. Contohnya:
- Desa
Wisata Nglanggeran (DIY): Mengandalkan wisata edukasi berbasis kearifan
lokal.
- Kampung
Lawas Maspati (Surabaya): Inisiatif warga untuk menghidupkan kembali
kampung tua sebagai tujuan wisata sejarah dan budaya.
Digitalisasi dan Tren Wisata Masa Kini
Sejak pandemi, perilaku wisatawan berubah drastis. Wisatawan
kini:
- Lebih
peduli pada kebersihan & sustainability
- Sering
mencari review di media sosial
- Mengandalkan
itinerary digital
Platform seperti TikTok, Instagram Reels, hingga Google Maps
menjadi sumber rujukan utama. Oleh karena itu, strategi digital storytelling
dan integrasi peta digital menjadi keharusan dalam promosi pariwisata.
Daftar Destinasi Tersembunyi yang Patut Dikunjungi
Berikut rekomendasi destinasi alternatif yang unik dan belum
banyak dijamah:
- Pulau
Kei (Maluku Tenggara): Pantai pasir putih selembut tepung
- Bukit
Teletubbies (Bromo): Padang rumput luas seperti dalam film
- Lembah
Baliem (Papua): Tradisi suku Dani yang masih autentik
- Danau
Kakaban (Kalimantan Timur): Tempat ubur-ubur tidak menyengat
Tips Menjadi Wisatawan Bertanggung Jawab
Agar pengalaman wisata Anda bermakna dan berdampak
positif, ikuti prinsip berikut:
- Hormati
budaya lokal (termasuk pakaian dan etika)
- Beli
produk lokal sebagai oleh-oleh
- Jangan
tinggalkan sampah atau merusak lingkungan
- Gunakan
pemandu lokal bila tersedia
![]() |
Pariwisata di Indonesia |
Penutup: Wisata Bukan Sekadar Liburan, Tapi Pengalaman
Mengubah Perspektif
Lebih dari sekadar foto-foto di media sosial, wisata
adalah cara untuk memahami identitas bangsa, merayakan keanekaragaman, dan
menumbuhkan empati lintas budaya. Dengan pendekatan yang lebih sadar,
bertanggung jawab, dan informatif, kita bisa membawa pariwisata Indonesia ke
arah yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
🔗 Temukan inspirasi
destinasi terbaik lainnya hanya di Wisataaja.com